“Ayo anak-anak kita kumpul diteras kelas sebelah timur” Seru Bu Dea kepada semua siswa dan siswi SLBN 3 Lotim dengan Penuh semangat lewat sound pengeras suara yang dari tadi semenjak keluar main sudah terpasang.
Satu per-satu siswa pun datang berbondong-bondong menuju lokasi ekobrik.
“Ayo semuanya duduk berhadap-hadapan” pinta bu Dea begitu siswa berkumpul semua.
“Ayo Bu Husna, Bagikan Gunting, Keranjang sama sampahnya, kita mulai ekobrik lagi” Pinta bu dea pada Bu Husna yang dari tadi berdiri didekatnya dengan penuh ceria.
Dibanding hari-hari lain, Jum’at Sabtu memang selalu menjadi hari yang paling ceria bagi Bu Dea di Sekolah.
Sebab, di hari Jum’at dan Sabtu itu meruoakan hari dimana Program P5 pembuatan Ekobrik dilaksanakan dan dia yang ditunjuk menjadi penanggung jawabnya.
Selain Ekobrik, ada juga sebenarnya program P5 yang lain seperti tata boga, kriya kayu dan Paving block.
Namun dibanding dengan program-program itu, bisa dikatakan Ekobrik lah program P5 yang paling dinanti baik oleh siswa maupun semua guru.
Selain itu dibanding yang lain, Ekobrik ini juga memiliki satu keunggulan.
Keunggulannya yaitu Ekobrik ini satu-satunya Program P5 yang pembuatannya mampu melibatkan semua siswa dan guru.
Sementara Tata Boga, Kriya Kayu, hingga Paving Block hanya beberapa siswa dan guru saja yang dapat mengikuti.
“Pokoknya apapun masalah saya, kalau sudah mulai Ekobrik hilang masalah saya” Ucap bu Dea sambil tersenyum di lokasi.
Tak hanya Bu Dea, Guru-Guru yang lain pun selalu ceria menyambut tibanya Ekobrik.
Bu Sri salah satunya. Bu Sri mengaku selalu ceria mengikuti ekobrik sebab bisa dikerjakan sambil Ngobrol-ngobrol dan Curhat.
“Jadi, yang paling saya senangi dari Ekobrik ini adalah pada saat menggunting sampahya, sebab mengguntingnya itu bisa dilakukan sambil Curhat-Curhatan..Hahahaha” Canda Bu Sri diriingi tawa.
Kembali ke Bu Dea, Sang PJ Ekobrik.
Ia sempat bercerita awal mula munculnya ide membuat program ekobrik ini.
Ia bilang idenya muncul karena prihatin melihat sampah-sampah plastik yang semakin banyak.
Setelah itu ia lalu berfikir bagaimana caranya agar sampah-sampah plastik itu bisa diolah menjadi satu barang bernilai seni.
Nah, dari pemikiran inilah kemudian muncul ide untuk membuat program ekobrik di sekolah.
Idenya itu lalu kemudian ia ajukan ke Waka Kurikulum dan langsung mendapat dukungan dan disetujui.
“Alhamdulillah begitu saya ajukan, Waka Kurikulum tanpa berfikir panjang langsung menyetujui ide saya” tutur Bu Dea.
Kini program yang ia pimpin sudah berjalan sekitar 3 bulan.
Dalam kurun waktu itu sudah banyak kemajuan yang dialami.
“Botol sudah banyak, kemudian hasil guntingan juga sudah banyak, bulan Nobember ini sudah bisa dilaksanakan pengisian” Ucap Bu Dea.
Penyusun : Tim Media SLBN 3 Lotim.