Lombok Timur, Dunia Pendidikan Sekolah Luar Biasa (SLB) dan dunia Pendidikan Sekolah Reguler (SMA/SMK) adalah dua dunia pendidikan yang sangat jauh berbeda terutama dari segi keadaan siswa.

Di SLB, Siswa dan siswi yang dihadapi adalah siswa dan siswi berkebutuhan khusus dari berbagai ketunaan, mulai dari tuna rungu, grahita, Daksa, netra, autis dan ketunaan-ketunaan yang lain.

Oleh karenanya penanganan yang dilakukan terhadap mereka adalah penanaganan khusus yang jauh berbeda dengan penanganan terhadap siswa normal atau reguler.

Itulah mengapa, jika ada Guru atau kepala sekolah yang sebelumnya mengajar atau bertugas di sekolah-sekolah reguler lalu tiba-tiba ditugaskan di Sekolah luar biasa, maka selalu dibuat terkejut ketika pertama kali datang ke SLB.

Hal itu pula lah yang juga dirasakan Pak Azry, Kepsek SLBN 3 Lombok Timur.

Pak Azry resmi ditunjuk menjadi Kepsek sejak Juli 2023 yang lalu setelah sebelumnya bertugas menjadi Guru di beberapa SMA (Sekolah Reguler).

“Yang jelas Ketika pertama kali datang sangat terkejut karena apa yang saya lihat dan temui sungguh sangat-sangat jauh berbeda dengan apa yang saya lihat dan temui di sekolah-sekolah reguler sebelumnya” aku Pak Azry saat hadir menjadi narasumber diacara Podcast SLBN 3 yang ditayang di Channel Youtube SLBN 3 Lotim.

Pak Kepsek lalu menceritakan beberapa perbedaan yang ia temui di SLB.

Perbedaan-perbedaan itu antara lain ungkapnya adalah dari segi jumlah siswa per-kelas.

“Kalau di sekolah-sekolah reguler, 33 siswa per-kelas itu mampu dipegang oleh satu guru, namun disini jangankan 33, tiga atau bahkan dua siswa saja kadang gurunya kewalahan menghadapi” ungkapnya.

Perbedaan selanjutnya yang ia temui sambungnya adalah perbedaan ketika kegiatan Imtaq di Musholla bersama Para Guru.

Ketika gurunya sedang ngaji lanjutnya lagi kadang tiba-tiba saja ada siswa dari belakang memegang bahkan menarik jilbab Gurunya, sesuatu yang tidak pernah ia temui di sekolah-sekolah reguler.

“Ditengah-tengah kegiatan Imtaq siswa kadang tiba-tiba memegang dan menarik jilbab gurunya” ujarnya

Begitupun ujarnya ketika upacara bendera dimana ditengah-tengah upacara kadang siswa datang terlambat bahkan maju lalu lalang kedepan ketengah-tengah lapangan.

“Upacara sedang berlangsung, namun kadang ada siswa yang maju lalu lalang kedepan” ujarnya.

Dan Seiring waktu, dirinya pun mengaku dapat beradaptasi dengan kekurangan-kekurangan itu mengingat siswa-siswi SLB memang seperti itu  dan tidak boleh dimarahi dan bahkan harus dimaklumi.

“Setelah sekian lama disini, sayapun dapat betadaptasi dengan hal-hal seperi itu” ungkapnya.

Namun dibalik itu semua ungkapnya, di SLB ia juga menemukan ternyata siswa dan siswinya kadang jauh lebih manut kepada gurunya ketimbang banyak Siswa di Sekolah Reguler.

“Setelah sekian lama disini, saya juga melihat ternyata siswa dan siswi kita disini begitu diperintah atau diminta melakukakan sesuatu oleh gurunya cepat direspon dan dikerjakan” terangnya.

Selain itu ia juga mengaku bahwa stelah sekian lama berada di SLB, dirinya dapat banyak pelajaran hidup terutama dari para siswa yang walaupun memiiki kekurangan tapi selalu antusias dalam belajar atau sekolah.

“Saya juga melihat anak-anak kita di SLB ini meski terlahir memiliki kekurangam tapi selalu antusias sekolah setiap hari, maka ini pelajaran bagi kita yang terahir normal agar meniru semangat anak-anak kita ini dalam belajar” terangnya. (red).